Yayasan Sri Organik Nuswantara Gelar Pembelajaran Ekologi Tanah(PET)

NGAWI, Liputan12. Com - Yayasan Sri Organik Nuswantara melaksanakan Program pembelajaran ekologi tanah. Kegiatan ini diselenggarakan di rumah gubug sumarta dusun Kasihan desa Sidomakmur kecamatan Widodaren. Peserta yang hadir 50 orang datang dari berbagai wilayah. Pada hari Jumat,(17-01-2025) 

Sambil menikmati hamparan sawah yang sedang menunggu musim tanam tiba tinggal beberapa hari. Air melimpah, tanah sawah sudah siap untuk bercocok tanam diawal tahun. 


Musim yang baik, sekumpulan para pemuda militan tani mempersiapkan diri untuk menikmati kopi hitam produk lokal. Wong Tani Utun siap bercengkrama berbagi cerita bersama kawan-kawan dari Bali, Purbalingga, Kudus, Grobogan, Jogja, Sragen, Karanganyar, Klaten, Madiun dan penyaji kopi sendiri dari Ngawi. Dan masih banyak lagi pemuda tani diwilayah yang terjauh.

Empat hari kedepan, mereka ingin bersama-sama mengenal apa itu Ekologi Tanah. Bagaimana sifat-sifat tanah? Dan apa saja yang terkandung di tanah? 

Kajian tentang tanah, baik tanah aktif untuk bertanam, tanah hutan, maupun tanah pemukiman desa dan kota. 

Dari mendengar, bisa jadi akan lupa, dari melihat bisa jadi akan ingat, dan dari melakukan langsung, bisa jadi akan paham apa yang terjadi. 

Kang Wahyudi Wong Tani Utun, tetap menjalankan apa yang telah dikaji dalam setiap perkembangan waktu, perubahan dan penepatan sebuah tindakan. Melalui pembelajaran ekologi tanah, tidak perlu khawatir apa yang akan didapatkan kemanfaatan dari belajar bersama. Karena semua yang terlibat dalam praktik bersama ini, akan menumbuhkan sebuah ide pemikiran baru. Sesuai dengan kebutuhan. 

Sawah, yang selalu menjadi keutamaan dalam etos kerja masyarakat desa, menjadi satu pemikiran, terlebih dalam sebuah permasalahan yang terjadi, mulai dari mempersiapkan lahan hingga hasil panen didapatkan harapannya. 

Hari pertama, Wong Tani Utun dan tim Yayasan Sri Organik Nuswantara mencoba mengenalkan keberadaan kita, sebagai manusia yang adil dan beradab. Menempatkan diri dalam memelihara alam semesta, khususnya tanah. Mengenalkan dan mengulang-ulang ingatan kita tentang siklus rantai makanan seperti alam hutan tanpa atau sebelum ada sentuhan dari manusia. Apa saja pergerakan didalamnya, kita _tadabur, tafakur dan tafahum_ sebagai langkah sinergi agar semua berimbang. 

Dari praktik dengan alat seadanya, dengan nilai fungsi pengertian dan tujuan pemahaman didapatkan. Semua bisa didapatkan disekitar rumah. 

Mensimulasikan tubuh kita menjadi bagian dari siklus saling mengikat, mulai dari petani atau yang mengkonsumsi nasi, tanaman padi, air, plankton, cyro, predator, bakteri pengurai, renik biota tanah, musuh alami, semua punya urutan waktu dan fungsi. 

Hari ini, kawan- kawan praktik tentang sifat tanah dan keadaan sebelum dan sesudah. Akan seperti apa jika perlakuan kita, sebelum biji benih atau tanaman ditancapkan. Catatan yang menarik berbagi cerita ini, adalah pemuliaan tanah dan menan padi hayati d engan System Rice of Intensification (SRI) Sebut Wong Tani Utun menjadi Sabar, Ridho, Ikhlas dalam menjalani. Setidaknya menuju tanaman sehat dan hayati. 

Di malam hari, mendengarkan suara hewan penghuni malam disekitar Karang Kitri kita berbagi cerita dari masing-masing daerah, akan seperti apa perjalanan kultural bercocok tanam dan distem kemasyarakatan. Tak lupa disisipkan among roso untuk ketetapan langkah baik. 

Kawan-kawan, mari kesederhanaan bergerak, akan menjadi alat ukur yang intens menuju apa yang dimaknai sebagai Desa Bangsa.(Arifin)

Posting Komentar

0 Komentar