Ketum DPP PWRI Dr. Suriyanto: Pemberian Gelar RM. Margono Djoyohadikoesoemo Sangat Layak

Jakarta, Liputan12.com - Kakek Presiden Prabowo Subianto, Raden Mas (RM) Margono Djoyohadikoesoemo masuk daftar nama yang diusulkan menjadi pahlawan nasional. Usulan tersebut sudah disampaikan Kementerian Sosial (Kemensos) ke meja Presiden.

RM Margono Djoyohadikoesoemo dikenal sebagai salah satu pionir dalam pembangunan ekonomi pasca-kemerdekaan. Ia merupakan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pada 26 Januari 1946.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Wartawan Republik Indonesia [DPP PWRI] Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn, mendukung pemberian gelar pahlawan nasional kepada RM. Margono Djoyohadikusumo.

“Pemberian gelar pahlawan nasional kepada RM Margono Djoyohadikoesoemo sangat layak diberikan kepada beliau. Sejarah telah mencatat, RM. Margono memiliki semangat kebangsaan yang sangat kuat dengan mendirikan Bank Sentral Indonesiapada waktu itu dimana Indonesia baru saja merdeka,” kata Suriyanto melalui keterangan di Jakarta, Senin [11/11/2024].

“ Beliau adalah sosok ekonom yang membangun pilar stabilitas ekonomi bangsa sekaligus memperkuat kedaulatan Indonesia, dimana pada saat itu kondisi ekonomi bangsa masih sangat sulit,” ujarnya.

Dilansir Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas, RM Margono Djojohadikusumo lahir pada 16 Mei 1894 di Purwokerto. Ia merupakan anak dari Raden Tumenggung Mangkuprodjo dan cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyakwide atau Panglima Banyakwide, pengikut setia dari Pangeran Diponegoro.

RM Margono menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (sekolah dasar kolonial) pada 1901. Kemudian melanjutkan pendidikan di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (sekolah pegawai negeri) di Magelang hingga tahun 1911.

Setelah lulus, ia menikah dengan Siti Katoemi Wirodihardjo dan memiliki tiga orang anak, dua di antaranya adalah Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo, yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Satu lainnya adalah Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, seorang ekonom terkemuka yang tak lain adalah orang tua Prabowo.

Proses pembangunan BNI dimulai RM Margono berawal setelah proklamasi kemerdekaan, saat Indonesia menghadapi tantangan besar dalam bidang ekonomi. Saat itu, De Javasche Bank atau bank sentral era kolonial tidak mengakui kedaulatan Indonesia.

Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung, RM Margono mengusulkan pembentukan bank sentral untuk mendukung stabilitas ekonomi negara. Atas mandat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, RM Margono memimpin upaya pendirian Bank Sentral Negara Indonesia.

Pada 16 September 1945, bank tersebut resmi dibentuk dan diberi wewenang untuk menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai alat pembayaran yang sah. Kemudian, melalui Perppu Nomor 2 tahun 1946, BNI ditetapkan sebagai bank sirkulasi.

Selama bank berdiri, RM Margono menjabat sebagai Direktur Utama. Di bawah kepemimpinannya, bank ini tidak hanya berfungsi sebagai bank sentral, tetapi juga melakukan kegiatan perbankan umum seperti pemberian kredit dan penerimaan simpanan.

Pada 1955, peran BNI berubah menjadi bank pembangunan dan mendapatkan hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Status hukum BNI kemudian ditingkatkan menjadi Persero pada 1969.

RM Margono meninggal pada 25 Juli 1978, tetapi warisannya tetap hidup melalui BNI yang kini menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia dengan lebih dari 2.000 cabang di dalam dan luar negeri. Keberanian dan dedikasinya dalam mendirikan BNI menjadikannya salah satu pahlawan ekonomi bangsa.

[jgd/red]

Posting Komentar

0 Komentar