Fenomena Oligarki Sayang Anak di Pilwako Jambi


 Liputan12.com,  Jambi -- Pengamat Politik Top Jambi Dr. Dedek Kusnadi, S.Sos, M.Si, MM menangkap munculnya anomali politik oligarki sayang anak di Pilwako Jambi. Fenomena ini menurutnya terkesan biasa namun tidak sehat dalam demokrasi, 07/08/2024.

" Demokrasi yang sehat itukan melahirkan pemimpin yang berkualifikasi unggul, bukan pemimpin yang lahir karena dinina bobokan fasilitas keturunan, trah atau sebagainya , " ungkap Dosen UIN STS Jambi.


Menurut Dedek fenomena ini menjadi tak lazim ketika seorang pemimpin idealnya terjun langsung mendekati masyarakat, justru menampakkan kapasitas mentalnya yang belum teruji dengan mewakilkan orang tuanya untuk mewakili masyarakat.


" Lucu saja, demokrasi yang biasanya mengasuh kebebasan dan nalar berfikir, justru menjadi arena mengasuh anak. Sang anak yang nyalon, justru orang tuanya yang sibuk, gimana nasib warga kota dipertaruhkan, dimana nalar sehatnya, " ungkapnya.


Senada akan hal ini pengamat politik Dr. Noviardi Ferzi juga menyoroti tentang Pilwako Jambi, dalam hal ini ia menyetir rasionalitas post-truth politik (politik pasca kebebenaran), sebuah politik yang mengungkapkan sentiment (kelompok, kekayaan) atas akal sehat dan kebenaran. Praktik-praktik ini sebenarnya bagian dari pembodohan publik, warga kota seolah dipaksa memilih kucing dalam karung.


Oleh karena itu, ia berharap warga kota dapat mengkedepankan demokrasi akal sehat, demokrasi yang mengedankan nalar. Akal sehat menjadi benteng untuk menjauhkan orang dari pikiran-pikiran yang gelap. " Pepatah Italia mengatakan bila akal sehat tiada, maka para monsterlah yang akan menguasai malam. Dalam demokrasi akal sehat, kita tidak mau para monster ini yang bekuasa." Ungkap pengamat yang dikenal kritis tersebut.


Noviardi juga mengatakan Demokrasi akal sehat harus dikedepankan, jika tidak kita ingin memasuki Abad Kehancuran. Hannh Arend dalam bukunya Men in Dark Time, menyebutnya sebagai Abad Kegelapan. Kegelapan ini dimaksudkan Arend sebagai ketidakberpikiran. Ketidakberpikiran bukan berarti ketidakcerdasan melainkan " " "ketidakmampuan berpikir kritis dan memahami situasi lingkungan. Padahal katanya, ketidakberpikiran adalah sisi gelap manusia. Karena tidak berpikir, manusia mudah membiarkan berbagai kejahatan. " tandasnya.(DENI.AF)

Posting Komentar

0 Komentar